Senin, 20 Oktober 2014

Stimulasi Otak untuk Bantu Penderita Stroke

 Stimulasi Otak untuk Bantu Penderita Stroke


Penelitian menunjukkan, merangsang bagian otak yang mengontrol gerakan dapat membantu pemulihan setelah seseorang terserang stroke.

Studi menunjukkan, menembakkan berkas cahaya ke dalam otak tikus dapat menyebabkan hewan ini bergerak lebih jauh dan lebih cepat daripada mereka yang tidak diterapi.

Penelitian yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Science ini bisa membantu menjelaskan bagaimana cara otak untuk pulih. Temuan dalam penelitian ini juga bisa mengarah pada pengobatan baru.

Seperti diketahui, serangan stroke dapat mempengaruhi memori, gerakan, dan kemampuan berkomunikasi. Ini disebabkan oleh sel-sel otak yang mati ketika pasokan oksigen dan gula terpotong oleh gumpalan darah.

Selama ini, perawatan stroke difokuskan pada meminimalkan kerusakan otak. Padahal, seperti yang ingin dibuktikan oleh penelitian ini, beberapa bulan setelah serangan stroke, otak bisa saja membaik dengan sendirnya jika diberikan stimulasi yang tepat.

Tim di Stanford University School of Medicine lantas menyelidiki apakah stimulasi otak dapat membantu pemulihan pada hewan percobaan.

Mereka menggunakan teknik yang disebut optogenetics untuk merangsang neuron di korteks motorik - bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk gerakan sukarela - setelah stroke.

Hasilnya, setelah tujuh hari, tikus yang diberi stimulasi mampu berjalan lebih lama di roda berputar dibandingkan tikus yang tidak diberikan stimulasi otak. Setelah 10 hari, tikus yang distimuli juga bergerak lebih cepat.

Prof Gary Steinberg mengatakan kepada BBC, "Keuntungan memberi perawatan (stimulasi otak) saat periode pemulihan adalah, rentang waktu periode pemulihan itu sangat lama, bisa bertahun-tahun."

Stimulasi optogenetics menggunakan serat optik untuk mengirimkan cahaya ke otak, yang kemudian mengaktifkan sel-sel yang direkayasa secara genetik untuk merespon cahaya.

Sayang, meski sudah terlihat hasilnya pada tikus percobaan, terapi stimulasi otak dengan cahaya ini belum pernah dilakukan kepada manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar