Senin, 20 Oktober 2014

8 Fakta tentang Bunuh Diri yang Mengejutkan

 8 Fakta tentang Bunuh Diri yang Mengejutkan


Keputusan Robin Williams untuk bunuh diri akibat depresi, membuka mata banyak orang bahwa gangguan ini tidak boleh dipandang remeh. Depresi bukan sekadar stres, dan lebih umum terjadi ketimbang AIDS, kanker, dan diabetes, jika dikombinasikan. Meskipun begitu, hampir 400.000 orang di Amerika melakukan percobaan bunuh diri setiap tahun.

Dan walaupun depresi merupakan problem serius yang umum terjadi, namun banyak orang tidak tahu persis mengenai depresi dan bunuh diri. Misalnya, siapa yang punya risiko lebih besar, mengapa, dan kapan mereka berada pada titik yang paling rapuh. Karena itu, 8 fakta mengenai bunuh diri  di bawah ini barangkali bisa menjawab keingintahuan Anda.

Pria memiliki risiko lebih besar
Wanita tiga kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri, namun pria empat kali lebih banyak yang akhirnya berhasil mengakhiri hidupnya. Lebih dari separuh pelaku bunuh diri di Amerika menggunakan senjata, dan biasanya dilakukan oleh kaum pria. Sedangkan kaum wanita, menurut Dr Marcia Valenstein, MD, peneliti di Department of Veterans Affairs Health Services Research & Development Service, umumnya tewas karena keracunan, yang umumnya dipicu oleh konsumsi obat-obatan. Namun, cara ini seringkali kurang mematikan.

1 dari 12 remaja pernah mencoba bunuh diri
Kasus bunuh diri yang kerap jadi bahan pemberitaan mungkin saja dilakukan oleh remaja, namun kemungkinan orang dewasa untuk bunuh diri lebih besar daripada kelompok usia mana pun.  Pria kulit putih dengan usia di atas 85 tahun memiliki risiko lebih tinggi, dengan angka bunuh diri 49,8 kematian dari setiap 100.000 orang. Pada orang berusia di atas 65 tahun, angkanya 14 kematian  dari setiap 100.000 orang.  Meskipun begitu, remaja tetap masuk dalam kelompok yang berisiko bunuh diri. Satu dari lima murid SMA mengaku pernah berpikir untuk bunuh diri, lalu 1 dari 12 orang pernah mencoba bunuh diri. Angka kematian dari siswa usia 15-19 tahun adalah 11 dari tiap 100.000 orang.

Kaitan gaya menulis dengan risiko bunuh diri
Para peneliti sudah lama melihat adanya hubungan antara kreativitas, depresi, dan potensi bunuh diri. Tidak mengherankan jika beberapa tokoh paling kreatif di dunia ini menderita penyakit mental. Charles Dickens, John Keats, dan Tennessee Williams adalah para pengarang dan penyair yang diketahui mengidap depresi berat. Sedangkan beberapa penulis terkenal yang tewas akibat bunuh diri antara lain Ernest Hemingway, Sylvia Plath, dan David Foster Wallace. Kesamaan mereka lainnya adalah, mereka menulis dari sudut pandang orang pertama. Gaya menulis inilah yang dinilai sebagai tanda risiko bunuh diri.

Depresi bukan satu-satunya penyebab bunuh diri
Dua dari setiap tiga orang yang bunuh diri mengalami depresi pada saat mereka mengakhiri hidup. Namun, kecanduan alkohol menjadi penyebab satu dari tiga kasus bunuh diri. Depresi mayor adalah diagnosa psikiatri paling sering dikaitkan dengan bunuh diri, sekitar 20 kali risiko yang ditemukan dalam populasi secara umum. "Dengan skrining dan perawatan yang jauh lebih aktif, depresi tidak begitu membawa stigma tertentu lagi sekarang, namun tetap menjadi salah satu faktor risiko besar untuk bunuh diri," kata Dr Valenstein.

Keluarga memengaruhi risikonya
Riwayat kesehatan dalam keluarga, dalam hal ini depresi, meningkatkan potensi seorang anak untuk mengalami hal yang sama. Namun keluarga (dan teman-teman) juga dapat memainkan peran penting untuk mencegah bunuh diri. Dukungan sosial yang kuat dapat menurunkan risiko bunuh diri.

Angka bunuh diri di negara-negara kaya lebih tinggi
Kasus bunuh diri di negara-negara kaya ternyata lebih tinggi daripada di negara-negara berkembang. Tingkat kematian akibat bunuh diri yang terendah dapat ditemukan di negara-negara Amerika Latin, seperti Brasil dan Republik Dominika. Sedangkan di negara-negara yang lebih kaya (berdasarkan pendapatan per kapita) seperti Rusia, Jepang, dan Perancis, angkanya paling tinggi. Sekitar 54 dari setiap 100.000 pria di Rusia, contohnya, bunuh diri setiap tahun. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi alkohol yang tinggi.

Kebanyakan percobaan bunuh diri gagal
Ternyata, hanya satu dari setiap 25 percobaan bunuh diri yang akhirnya menyebabkan kematian, demikian menurut CDC (Center for Disease Control). Untuk menurunkan angka tersebut, Dr Valenstein menyarankan untuk menghilangkan sarananya. "Pastikan orang-orang yang Anda khawatirkan tidak menyimpan obat-obatan atau akses ke senjata," katanya. "Anda harus membuat mereka sulit mewujudkan pikiran untuk bunuh diri."

Perawatan bisa mengurangi risiko bunuh diri
Dr Valenstein mengatakan, ada banyak cara untuk mencegah bunuh diri. Namun perawatan dari gangguan psikiatri yang mendasari aksi bunuh diri ini sangat penting, dan dapat mengurangi pikiran untuk melakukan aksi tersebut, terutama di kalangan orang-orang yang lebih tua.

Menurutnya, pandangan umum bahwa obat-obatan antidepresi dapat meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan pasien usia di bawah 25 paling relevan selama minggu-minggu pertama terapi. "Jika Anda berhasil mengatasi depresi, ide untuk bunuh diri juga menurun," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar