Senin, 20 Oktober 2014

Jauhi Makanan Ini Jika Ingin Bebas Penyakit Jantung dan Diabetes

Jauhi Makanan Ini Jika Ingin Bebas Penyakit Jantung dan Diabetes 
  

Studi baru dari The Journal of Nutrition mengungkapkan bahwa mengonsumsi mie instan bisa berisiko terserang sindrom cardiometabolic, penyebab penyakit jantung, diabetes atau stroke. Jenis mie instan ini adalah precooked atau mie yang ditambahkan air mendidih lalu dipanaskan menggunakan microwave.

Penduduk di seluruh Negara Asia tercatat sebagai konsumen terbesar dari mie instan karena besarnya populasi Asia dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Data ini diinformasikan oleh Korea National Health setelah para peneliti di Universitas Baylor melakukan survei dengan memeriksa gizi masyarakat Korea sejak tahun 2007 hingga 2009.

Mereka mengidentifikasi dua pola makan utama, yakni pertama adalah pola makanan tradisional  (PT) berupa beras, ikan, sayuran, buah, kentang, dan daging. Kedua adalah pola makanan cepat saji (MP) berupa daging, soda, makanan goreng-gorengan, mie instan, serta ramen. Selama ini, makanan cepat saji dikaitkan oleh tingkat obesitas yang tinggi dan kolesterol jahat. Sementara makanan tradisional dikaitkan risiko tekanan darah serta obesitas yang tidak terlalu berisiko.

Di Asia, angka konsumsi mie instan setidaknya dua kali per minggu dengan risiko 68 persen berdampak sindrom metabolik kepada wanita khususnya. Ini setelah disesuaikan oleh faktor-faktor lain seperti
asupan natrium, hormone estrogen, dan ukuran lingkar pinggang. Bahkan, angka ini bisa 26 persen dengan prevalensi lebih tinggi dari kondisi kesehatan wanita.

Mie instan mengandung lemak jenuh, karbohidrat, kadar kalori tinggi serta zat sodium, kimia sintetis Bisphenol A (BPA) baik pada mie, bumbu, perasanya bahkan kemasan wadah Styrofoam. Wanita sangat rentan terhadap efek kesehatan negative karena hormon estrogen wanita cenderung tidak stabil, proporsional dan memiliki perbedaan metabolisme.

“Penelitian selalu ada keterbatasan, angka dari Korea National Health tidak menghitung ukuran porsinya, tapi dari jumlah orang yang mengonsumsi. Kami berharap masyarakat lebih cerdas dan waspada memilih jenis makanan, terutama makanan kemasan dan cepat saji,” saran para peneliti tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar